Sabtu, 24 Maret 2012

Analisa Break event Point (BEP)
       Analisa Break Event adalah suatu teknik analisa untuk mempelajari hubungan antara Biaya Tetap, Biaya Variabel, Keuntungan dan Volume aktivitas. Masalah Break Event baru akan muncul dalam perusahaan apabila perusahaan tersebut mempunyai Biaya Variabel dan Biaya Tetap. Suatu perusahaan dengan volume produksi tertentu dapat menderita kerugian dikarenakan penghasilan penjualannya hanya mampu menutup biaya variabel dan hanya bisa menutup sebagian kecil biaya tetap.

       Contribution Margi adalah selisih antara penghasilan penjualan dan biaya variabel, yang merupakan jumlah untuk menutup biaya tetap dan keuntungan. Perusahaan akan memperoleh keuntungan dari hasil penjualannya apabila Contribution Marginnya lebih besar dari Biaya Tetap, yang berarti total penghasilan penjualan lebih besar dari total biaya.

       Break Event Point menyatakan volume penjualan dimana total penghasilan tepat sama besarnya dengan total biaya, sehingga perusahaan tidak memperoleh keuntungan dan juga tidak menderita kerugian.
Break Event Point ditinjau dari konsep Contribution Margin menyatakan bahwa volume penjualan dimana Contribution Margin tepat sama besarnya dengan total Biaya Tetapnya.

Asumsi Break Event Point
Asumsi dasar dalam analisa breakevent, antara lain :
a.Biaya dapat diklasifikasikan kedalam komponen biaya variabel dan biaya tetap.

b.Total biaya variabel berubah secara proporsional dengan volume produksi atau penjualan, sedangkan total   biaya variabel per unit tetap konstan.

c.Total biaya tetap tidak mengalami perubahan, meskipun ada perubahan volume produksi atau penjualan, sedangkan biaya tetap per unit akan berubah karena adanya perubahan volume kegiatan.

d.Harga jual per unit tidak akan berubah selama periode melakukan analisa.

e.Perusahaan hanya membuat dan menjual satu jenis produk. Jika membuat dan menjual lebih dari satu jenis produk, maka perbandingan penghasilan

f.Penjualan antara masing-masing produk (disebut sebagai Sales Mix) akan tetap konstan.

g.Kapasitas produksi pabrik relatif konstan.

h.Harga faktor produksi relatif konstan.

i.Efisiensi produksi tidak berubah.

j.Perubahan pada persediaan awal dan akhir jumlahnya tidak berarti.

k.Volume merupakan faktor satu-satunya yang mempengaruhi biaya.

Asumsi dan Keterbatasan Analisis BEP
       Seperti yang telah diuraikan di atas bahwa satu kelemahan analisis BEP adalah karena banyaknya asumsi yang mendasari analisis ini. Akan tetapi, asumsi-asumsi ini memang harus dilakukan jika kita mau analisis ini dapat dilakukan secara tepat. Kemudian dengan asumsi-asumsi ini, analisis BEP dapat dilakukan secara cepat dan akurat. Hanya sajaasumsi-asumsi yang dilakukan terkadang terlalu memaksa dan pertanggungjawabannya sering diambangkan. Oleh karena itu para manager menganggap bahwa asumsi ini harus tetap dilakukan dan ini merupakan salah satu keterbatasan analisis BEP bila kita maumenggunakannya.Adapun asumsi-asumsi dan keterbatasan analisis BEP adalah sebagai berikut :

1. Biaya dalam analisis BEP,
       Hanya digunakan dua macam biaya, yaitu fixed cost dan variablecost. Oleh karena itu, kita harus memisahkan dulu komponen antara biaya tetap dan biaya variabel. Artinya mengelempokkan biaya tetap disatu sisi dan biaya variabeldisisi lain. Dalam hal ini secara umum untuk memisahkan kedua biaya ini relatif sulit karena ada biaya yang tergolong semi variabel dan tetap. Untuk memisahkan biaya ini dapat dilakukan melalui dua pendekatan sebagai berikut :
a.pendekatan analitis, yaitu kita harus meneliti setiap jenis dan unsur biaya yangterkandung satu per satu dari biaya yang ada beserta sifat-sifat biaya tersebut.
b.Pendekatan historis, dalam hal ini yang harus dilakukan adalah memisahkan biaya tetap dan variabel berdasarkan angka-angka dan data biaya masa lampau.

2. Biaya tetap (Fixed Cost)
       Biaya tetap merupakan biaya yang secara total tidak mengalami perubahan,walaupun ada perubahan volume produksi atau penjualan (dalam batas tertentu).Artinya kita menganggap biaya tetap konstan sampai kapasitas tertentu saja, biasanyakapasitas produksi yang dimiliki. Namun, untuk kapasitas produksi bertambah, biayatetap juga menjadi lain. Contoh biaya tetap adalah seperti gaji, penyusutan aktivatetap, bunga, sewa atau biaya kantor dan biaya tetap lainnya.

3. Biaya variabel (Variable Cost)
       Biaya variable merupakan biaya yang secara total berubah-ubah sesuai dengan perubahan volume produksi atau penjualan. Artinya asumsi kita biaya variabel berubah-ubah secara sebanding (proporsional) dengan perubahan volume produksi atau penjualan. Dalam hal ini sulit terjadi dalam praktiknya karena dalam penjualan jumlah besar akan ada potongan-potongan tertentu, baik yang diterima maupundiberikan perusahaan . contoh biaya variabel biaya variabel adalah biaya bahan baku, upah buruh langsung, dan komisi penjualan biaya variabel lainnya.

4. Harga Jual
       Harga jual maksudnya dalam analisis ini hanya digunakan untuk satu macam harga jual atau harga barang yang dijual atau diproduksi.

5. Tidak Ada Perubahan Harga Jual
       Artinya diasumsikan harga jual per satuan tidak dapat berubah selama periodeanalisis. Hal ini bertentangan dengan kondisi yang sesungguhnya, dimana harga jualdalam suatu periode dapat berubah-ubah seiring dengan perubahan biaya-biayalainnya yang berhubungan langsung dengan produk maupun tidak.

Tujuan Analisis Titik Impas / BEP
Penggunaan analisis BEP memiliki beberapa tujuan yang ingin dicapai, yaitu :
1. Mendesain spesifikasi produk
2. Menentukan harga jual persatuan
3. Menentukan jumlah produksi atau penjualan minimal agar tidak mengalami kerugian
4. Memaksimalkan jumlah produksi
5. Merencanakan laba yang diinginkan
Disamping memiliki tujuan dan mampu memberikan manfaat yang cukup
banyak bagi pemimpin perusahaan, analisis BEP juga memiliki beberapa kelemahan, yaitu
1. Perlu asumsi, terutama mengenai hubungan antara biaya dengan pendapatan
2. Bersifat statis, artinya analisis ini hanya digunakan pada titik tertentu, bukan pada suatu periode tertentu.
3.Tidak digunakan untuk mengambil keputusan akhir, analisis BEP hanya baik digunakan jika ada penentuan kegiatan lanjutan yang dapat dilakukan.
4.Tidak menyediakan pengujian aliran kas yang baik, artinya jika aliran kas telah ditentukan melebihi aliran kas yang harus dikeluarkan, proyek dapat diterima danhal-hal lainnya dianggap sama.
5.Kurang memperhatikan resiko-resiko yang terjadi selama masa penjualan,misalnya kenaikan harga bahan baku.

Manfaat Break Event Point
1. Menentukan posisi laba-rugi perusahaan
2. Menentukan penjualan minimal yang harus dipertahankan agar perusahaan tidak mengalami kerugian
3.Menentukan jumlah penjualan yang harus dicapai untuk memperoleh keuntungan tertentu.

Kelemahan dalam Analisis Break Event Point
       Menurut Sofyan Syafri Harahap ( 1997 : 364 ) mengungkapkan bahwa terdapat kelemahan-kelemahan di dalam analisis BEP antara lain:
a). Asumsi yang menyebutkan harga jual konstan padahal kenyataannya harga ini kadang-kadang harus berubah sesuai dengan kekuatan permintaan dan penawaran di pasar.
b). Asumsi terhadap cost
penggolongan biaya tetap dan biaya variable juga mengandung kelemahan. Dalam keadaan tertentu untuk memenuhi volume penjualan biaya tetap tidak bisa tidak harus berubah karena pembelian mesin-mesin dan peralatan lainnya. Dengan demikian juga perhitungan biaya variable perunit juga akan dapat di pengaruhi perubahan ini.
c). Biaya tetap juga tidak selalu tetap pada berbagai kapasitas.
d). biaya variable juga tidak selalu berubah sejajar dengan perubahan volume.

Perubahan Titik BEP
1. Perubahan harga jual per unit
2. Perubahan biaya variabel
3. Perubahan biaya tetap
4. Perubahan komposisi sales mix

Perubahan harga jual per unit
       Perubahan harga jual per unit akan mempengaruhi besarnya BEP. Apabila harga jual per unit naik sementara biaya tidak berubah, maka akan menurunkan BEP, demikian pula sebaliknya bila harga jual turun akan menaikkan BEP

Perubahan Biaya Variabel per Unit
       Perubahan pada biaya variabel juga akan merubah posisi BEP, yakni apabila biaya variabel naik akan menaikkan BEP dan bila turun akan menurunkan BEP

Perubahan komposisi sales mix
       Dalam asumsi disebutkan bahwa perusahaan hanya menghasilka satu macam produk, dan bila menghasilkan lebih dari dua macama produk, maka tidak boleh ada perubahan komposisi dalam sales mix –nya. Sales mix menunjukkan perimbangan penjualan antara beberapa macam produk yang dihasilkan. Apabila ada perubahan sales mix nya akan menyebabkan perubahan pada BEP secara total,

Rumus Break Event Point (BEP)
Rumus Break Event Point (BEP) untuk single product adalah:
BEP(unit/x) = FC                                              Dimana :
                     (S – VC)                                      FC = fixed cost (biaya tetap),
 atau                                                                  VC = variable cost (biaya variabel),
BEP(rupiah) = FC                                             S = sales (penjualan).
                       (1 – (VC/S))

Rumus BEP untuk multiple product adalah:
BEP(rupiah) = FC                                             Dimana :
                       (1 – (TVC/TR))                         TVC = total variable cost (total biaya variabel)
                                                                         TR = total revenue (total pendapatan).
Atau dengan :
a. Pendekatan grafik :
Breakevent Point terjadi pada titik persilangan antara garis penghasilan penjualan dan garis total biaya.
b. Metode Trial and Error
c. Pendekatan matematis :

Rumus matematika untuk menentukan BEP adalah :

BEP (unit) = Total Biaya Tetap                                  
                    Harga jual per unit – Biaya Variabel/unit

BEP (Rp) = Total Biaya Tetap           
                   1 - Total Biaya Variabel
                     Total hasil penjualan

Contoh Aplikasi :
Perusahaan Indojaya yang bergerak di bidang produksi kain, memiliki :
- Biaya tetap sebesar Rp. 300.000,-.
- Biaya variabel per unit Rp.40,-
- Harga jual per unit Rp. 100,-
- Kapasitas produksi maksimal 10.000 unit.

Perhitungan Break Event Point
Cara Trial and Error :
       yaitu dengan menghitung keuntungan operasi suatu volume produksi/penjualan tertentu.
- Apabila perhitungan tersebut menghasilkan keuntungan maka diambil volume penjualan/produksi yang lebih rendah, dan sebaliknya.
- Demikian dilakukan seterusnya hingga dicapai volume penjualan produksi dimana penghasilan penjualan tepat sama dengan besarnya biaya total.

Misal dari contoh aplikasi, diambil volume produksi 6.000 unit, maka dapat dihitung keuntungan operasi adalah:
(6.000 x Rp100) — (Rp300.000 + (6.000 x Rp40))
Rp600.000 — (Rp300.000 + Rp240.000)
Rp.60.000 atau
hasil dalam unit adalah Rp. 60.000 / Rp 100 = 6000 unit

       Jadi, pada volume produksi 6.000 unit perusahaan masih mendapatkan keuntungan. Ini berarti bahwa BEP-nya terletak di bawah 6.000 unit.
Rumus Aljabar/Matematis
a. Dasar unit 

b. Dasar sales (dalam rupiah)

Gambar Break-Even PointEfek Perubahan Berbagai Faktor Terhadap BEP

1. Efek perubahan harga jual per unit dan jumlah biaya terhadap BEP
- Analisa BEP digunakan asumsi bahwa harga jual per unit tetap konstan(P).
- Bila P naik memiliki efek yang menguntungkan karena BEPnya akan turun.
Dalam gambar BEP, titik break-even-nya akan bergeser ke kiri, yang berarti untuk tercapainya BEP cukup diperlukan jumlah produk yang lebih kecil.

2. Efek perubahan “sales-mix” terhadap BEP
- Sales-mix untuk mencari break-even point dari dua atau lebih produk yang dihasilkan perusahaan.
- Apabila ada perubahan sales-mix, maka BEP-nya secara totalitas akan berubah.
- Perhitungannya dengan cara mencari break-even point satu jenis produk karena adanya variable cost dan harga jual per unit yang berbeda dari masing-masing jenis produk.

Contoh:
Perusahaan “IndoJaya” bergerak dalam bidang produksi “kain batik” dan “stagen” merencanakan perluasan daerah pemasarannya.
Penjualan kain batik direncanakan sebesar 25.000 unit @ Rp 3.500 dan stagen sebesar 15.000 unit @ Rp 1.000.
Variable cost untuk setiap jenis produk adalah Rp 2.000 per unit kain batik, dan Rp 600 per unit stagen.
Fixed cost untuk kedua jenis produk tersebut adalah Rp 28.275.000.

Hitunglah break-even point untuk kedua jenis produk tersebut!
Keterangan                                Kain Batik              Stagen                       Total
Penjualan                                  87.500.000            15.000.000            102.500.000
Fixed Operation Cost                      -                              -                       28.275.000
Variabel Operating cash            50.000.000              9.000.000               59.000.000




       = Rp. 66.625.000,- (pembulatan)




Margin of Safety (MoS)
       Margin of Safety adalah batas keamanan yang menyatakan sampai seberapa jauh volume penjualan yang dianggarkan boleh turun agar perusahaan tidak menderita rugi atau dengan kata lain, batas maksimum penurunan volume penjualan yang dianggarkan, yang tidak mengakibatkan kerugian.

       Misalnya margin of safety ditemukan 30%, artinya realisasi penjualan dipertahankan jangan sampai turun lebih dari 30%. Apabila realisasi penjualan turun lebih dari 30%, maka perusahaan akan menderita kerugian, sedang bila penurunan sampai 30% perusahaan dalam kondisi Break even yang digunakan untuk mencari tingkat keamanan atau MoS adalah sebagai berikut.
1.penjualan MoS yang direncanakan
MoS = Penjualan per budget      x 100
            Penjualan per titik impas

2. Penjualan MoS
MoS = penjualan per budget – penjualan per titik impas  x 100
                               penjualan per budget


Mencari Margin of safety :
sales budget/rencana penjualan = 50 juta
penjualan per BEP = 37,5 juta
= 133,33 %
Hal ini berarti bahwa tingkat penjualan perusahaan tersebut tidak boleh turun lebih dari 33,33 % dari penjualan break even.
33,33 % X Rp 37 500 000= Rp 12.500.000,-
Realisasi penjualan tidak boleh turun lebih dari Rp. 12.500.000,- dari penjualan yang direncanakan.

Atau bisa juga dihitung :
(sales budget-sales BE)/sales budget
(Rp 50 juta- Rp 37,50 juta)/Rp 50 juta= 25 %
Artinya penjualan tidak boleh turun lebih dari 25 % penjualan yang direncanakan.
25 % X Rp 50 juta = Rp 12 500 000,-
Realisasi penjualan tidak boleh turun lebih dari Rp. 12.500.000,- dari penjualan yang direncanakan.


Degree of Operating Leverage (DOL)
       Financial Leverage adalah kemampuan perusahaan dalam menggunakan dana yang mempunyai beban tetap untuk memperbesar pengaruh perubahan EBIT terhadap perubahan EPS, sehingga dapat disimpulkan maksud dari analisis financial leverage adalah serangkaian proses perhitungan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan perusahaan dalam mengguanakan dana yang mempunyai beban tetap untuk memperbesar pengaruh perubahan EBIT terhadap perubahan EPS. Semakin besar dana yang berasal dari luar yang disertai dengan beban keuangan tetap, maka akan semakin besar pula beban keuangan yang harus dibayar.

Menurut Warsono (2003:217) ada 2 macam biaya keuangan tetap yang dapat ditemukan dalam perusahaan, yaitu :
1.Bunga atas utang, dan
2.Dividen saham preferen.
Kedua biaya tersebut harus tetap dibayar tanpa menghiraukan jumlah EBIT yang tersedia untuk membayarnya.

Leverage operasi
       Menurut warsono (2003:213) operating leverage dapat didefinisikan sebagai penggunaan potensial biaya-biaya operasi untuk memperbesar pengaruh perubahan dalam penjualan terhadap laba sebelum bunga dan pajak perusahaan. Berarti, analisis leverage operasi digunakan untuk melihat seberapa besar kemampuan perusahaan dalam menggunakan biaya operasi tetap untuk memperbesar pengaruh perubahan volume penjualan terhadap EBIT.

Masalah Finansial Leverage
       Masalah financial leverage baru timbul setelah perusahaan meggunakan dana dengan beban tetap, seperti halnya masalah operating leverage baru timbul setelah perusahaan dalam operasinya mempunyai biaya tetap. Perusahaan yang menggunakan dana dengan beban tetap dikatakan menghasilkan leverage yang menguntungkan (favorable financial leverage) .

Rasio Leverage
Rasio leverage ada 2 macam :
1. Rasio utang terhadap ekuitas
       Untuk menilai sejauh mana perusahaan menggunakan uang yang dipinjam, kita dapat menggunakan beberapa rasio utang (debt ratio) yang berbeda. Rasio utang terhadap ekuitas dapat dihitung dengan membagi total hutang perusahaan (termasuk kewajiban jangka pendek) dengan ekuitas pemegang saham. Rumus :
Rasio hutang terhadap ekuitas = total hutang : ekuitas pemegang saham

2. Rasio hutang terhadap total aktiva
       Rasio hutang terhadap total aktiva didapat dari membagi total hutang dalam perusahaan dengan total aktivanya. Rumus :
Rasio hutang terhadap total aktiva = total hutang : total aktiva

Perhitungan Tingkat Leverage operasi secara aljabar
Tingkat leverage operasi = perubahan presentase laba operasi
perubahan % unit yang terjual
atau pendapatan total
Contoh Soal :
      Diketahui
                                             Mesin A                                 Mesin B               
Penjualan                             2.500.000                             2.500.000
Biaya Variabel                      2.500.000                             2.500.000
Kontribusi Margin                2.000.000                             1.500.000
Biaya Tetap                            500.000                             1.000.000
EBIT                                     100.000                                 500.000

1. Berapakah degree of operating leverage (DOL) Cv. Sekar Adina untuk mesin A?
Jawab :
     Degree of Operating Leverage (DOL)
     DOL     =     S-BV        =      Qx(P-V)                           Dimana:
                        S-BV-T             Qx(P-V)-BT                    Q= jumlah unit produk
                                                                                          P= harga jual per unit
                                                                                          V= biaya variabel per unit
                                                                                          T= biaya tetap

Pemecahan:
DOL  =   S-BV        =     Qx(P-V)   
               S-BV-T         Qx(P-V)-BT

DOL  =  00x(5000-4000)                              = 1,25
             5000x(5000-4000)-100.000

2. Berapakah degree of operating (DOL) Cv. Sekar Adina untuk mesin B?
Jawab :

     Degree of Operation Leverage (DOL)
     DOL   =     S-BV      =         Qx(P-V)                                 Dimana:
                      S-BV-T           Qx(P-V)-BT                             Q= jumlah unit produk
                                                                                               P= harga jual per unit
                                                                                               V= biaya variabel per unit
                                                                                               T= biaya tetap

Pemecahan:
DOL   =      S-BV       =       Qx(P-V)   
                 S-BV-T            Qx(P-V)-BT

DOL   =         _500x(5000-3000)             = 2
               5000x(5000-3000)-500.000

3. Berapakah Degree of Financial Leverage (DFL) Cv. Sekar Adina untuk mesin A, bila diketahui mesin A menanggung biaya bunga sebesar Rp. 100.000 dan beban pajak 40%?
Jawab :

     Degree of Financial Leverage (DFL)                 Dimana:
     DFL  =    EBIT    =    Qx(P-V)-BT                  Q= jumlah unit produk
                   EBIT-I        Qx(P-V)-BT-I                 P= harga jual per unit
                                                                             V= biaya variabel per unit
                                                                             T= biaya tetap                                                     
                                                                             I= biaya bunga

4. Berapakah Degree of Financial Leverage (DFL) Cv.Sekar Adina untuk mesin A, bila diketahui mesin A menanggung biaya bunga sebesar Rp. 300.000 dan beban pajak 40%?
Jawab :
     Degree of Financial Leverage (DFL)
     DFL   =      EBIT     =         Qx(P-V)-BT                   Dimana:
                      EBIT-I              Qx(P-V)-BT-I                 Q= jumlah unit produk
                                                                                       P= harga jual per unit
                                                                                      V= biaya variabel per unit
                                                                                      T= biaya tetap
                                                                                       I= biaya bunga

                                                 Mesin A
Penjualan                                 2.500.000
Biaya variabel                          1.500.000
Kontribusi margin                     1.000.000
Biaya tetap                                  500.000
EBIT                                           500.000                                    
Biaya bunga                                 300.000
EBT                                            200.000
Pajak 40%                                    80.000
EAT                                            120.000

Pemecahan:
DFL     =     EBIT    =    Qx(P-V)-BT 
                  EBIT-I        Qx(P-V)-BT-I

DFL     =   _500.000                = 2,5
               500.000-300.000

Senin, 19 Maret 2012

Modal Kerja

MODAL KERJA

Definisi Modal Kerja
       Modal kerja adalah jumlah dana yang digunakan selama periode akuntansi yang dimaksudkan untuk menghasilkan pendapatan jangka pendek (current icome) yang sesuai dengan maksud utama didirikannya perusahaan tersebut.
       Menurut Wasis (1991, p.63) Modal kerja adalah Modal Kerja adalah dana yang ditanamkan dalam aktiva lancar, oleh karena itu dapat berupa kas, piutang, surat – surat berharga, persediaan dan lain-lain. Modal kerja bruto adalah keseluruhan dari aktiva / harta lancar yang terdapat dalam sisi debet neraca. Modal kerja neto adalah keseluruhan harta lancar dikurangi utang lancar. Dengan perkataan lain modal kerja neto adalah selisih antara aktiva lancar dikurangi dengan hutang lancar.

Jenis Modal Kerja
       Menurut WB. Taylor dan Bambang Rianto (1990:54-55) Modal Kerja digolongkan dalam beberapa jenis yaitu :
1. Modal Kerja Permanen (Permanent Working Capital)
      Yaitu modal kerja yang ada pada perusahaan untuk dapat menjalankan fungsinya antara modal kerja ini     terdiri dari :
a. Modal kerja primer (Primary Working Capital)
    jumlah modal kerja minimum yang harus ada pada perusahaan untuk menjaga kontinuitas
    usahanya.
b. Modal kerja normal (Normal Working Capital)
    modal kerja yang dibutuhkan untuk menyelenggarakan proses produksi yang normal.

2. Modal Kerja Variabel (Variable Working Capital)
       Yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan perubahan keadaan. Modal kerja ini dibagi:
a. Modal kerja musiman (Seasonal Working Capital)
    modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan oleh fluktuasi musim.
b. Modal kerja siklis (Cyclical Working Capita)
    modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan oleh fluktuasi konjungtur.
c. Modal kerja darurat (Emergency Working Capital)
    modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah karena keadaan darurat yang tidak diketahui
    sebelumnya.

Manfaat Modal Kerja
       Manfaat penting lainnya dari tersedianya modal kerja yang cukup adalah sebagai berikut :
1. Melindungi perusahaan dari akibat buruk berupa turunnya nilai aktiva lancar, seperti adanya kerugian karena debitur tidak membayar atau turunnya nilai persediaan karena harganya merosot
2. Memungkinkan perusahaan melunasi kewajiban-kewajiban jangka pendek tepat pada waktunya
3. perusahaan untuk dapat membeli barang dengan tunai sehingga dapat mendapatkan keuntungan berupa   potongan harga
4. Menjamin perusahaan memiliki credit standing dan dapat mengatasi peristiwa yang tidak dapat diduga seperti kebakaran, pencurian dan sebagainya
5. Memungkinkan untuk memiliki persediaan dalam jumlah yang cukup guna melayani permintaan konsumennya
6. Memungkinkan perusahaan dapat memberikan syarat kredit yang menguntungkan kepada konsumen
7. Memungkinkan perusahaan dapat beroperasi dengan lebih efisien karena tidak ada kesulitan dalam memperoleh bahan baku, jasa dan supplai yang dibutuhkan
8. Memungkinkan perusahaan mampu bertahan dalam periode resesi atau depresi

Konsep Modal Kerja
       Ada 2 konsep utama modal kerja menurut James C. Van Horn dan John M. Wachowicz, Jr. (1997 : 214) yaitu :
1. Modal Kerja Bersih, yaitu perbedaan jumlah aktiva lancar dengan kewajiban lancar. Konsep ini merupakan ukuran sejauh mana perusahaan dilindungi dari masalah likuiditas.
2. Modal Kerja Kotor, yaitu Investasi perusahaan dalam aktiva lancar (seperti kas, sekuritas, piutang, dan persediaan).

Sumber Modal Kerja
        Pada dasarnya, sumber modal kerja terdiri dari dua pokok, yaitu:
a .Bagian yang tetap atau bagian yang permanen yaitu jumlah minimum yang harus tersedia agar perusahaan berjalan dengan lancar tanpa kesulitan keuangan, dan
b. Jumlah modal kerja yang variabel yang jumlahnya tergantung pada aktivitas musiman dan kebutuhan- kebutuhan diluar aktivitas yang biasa.

Sumber-sumber modal kerja pada umumnya berasal dari:
1. Hasil operasi perusahaan, adalah jumlah pendapatan yang nampak dalam laporan perhitungan laba rugi  ditambah dengan depresiasi dan amortisasi.

2. Keuntungan dari penjualan surat-surat berharga (investasi jangka pendek), dalam menganalisis sumber modal kerja yang berasal dari keuntungan penjualan surat-surat berharga harus dipisahkan dengan modal kerja yang berasal dari hasil usaha pokok perusahaan. Dari hasil penjualan surat berharga ini menyebabkan terjadinya perubahan dalam unsur modal kerja yaitu dari bentuk surat berharga berubah menjadi kas.

3. Penjualan aktiva tidak lancar, perubahan aktiva tidak lancar menjadi kas atau piutang akan menyebabkan bertambahnya modal kerja. Apabila hasil dari penjualan aktiva tetap atau aktiva tidak lancar ini tidak digunakan untuk mengganti aktiva yang bersangkutan, akan menyebabkan keadaan aktiva lancar sedemikian besarnya sehingga melebihi jumlah modal kerja yang dibutuhkan (adanya modal kerja yang berlebih-lebihan).

4. Penjualan saham atau obligasi, Perusahaan dapat mengeluarkan obligasi atau bentuk hutang jangka panjang guna memenuhi kebutuhan modal kerjanya penjualan obligasi ini mempunyai konsekuensi bahwa perusahaan harus membayar bunga tetap, oleh karena itu dalam mengeluarkan hutang dalam bentuk obligasi ini harus disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan Penjualan obligasi yang tidak sesuai dengan kebutuhan (terlalu besar) disamping menimbulkan beban bunga yang besar, juga akan mengakibatkan keadaan aktiva lancar yang besar sehingga melebihi jumlah modal kerja yang dibutuhkan.

Penggunaan Modal Kerja
       Penggunaan modal kerja akan mengakibatkan perubahan bentuk maupun penurunan jumlah aktiva lancar yang dimiliki oleh perusahaan, tetapi penggunaan aktiva lancar tidak selalu diikuti dengan berubahnya atau turunnya jumlah modal kerja yang dimiliki oleh perusahaan.
Penggunaan yang mengakibatkan turunnya modal kerja adalah sebagai berikut :
1. Pembayaran biaya atau ongkos-ongkos operasi perusahaan.

2. Kerugian-kerugian yang diderita oleh perusahaan karena adanya penjualan surat-surat berharga atau efek, maupun kerugian insidentil lainnya.

3. Adanya pembentukan dana atau pemisahan aktiva lancar untuk tujuan tertentu dalam jangka panjang.

4. Adanya penambahan atau pembelian aktiva tetap, investasi jangka panjang atau aktiva lancar lainnya yang mengakibatkan berkurangnya aktiva lancar atau timbulnya hutang lancar yang berakibat berkurangnya modal kerja.

5. Pembayaran hutang-hutang jangka panjang yang meliputi hutang hipotik, hutang obligasi maupun bentuk hutang lainnya, serta penarikan atau pembelian kembali saham perusahaan yang beredar, atau adanya penurunan hutang jangka panjang diimbangi dengan berkurangnya aktiva lancar.

6. Pengambilan uang atau barang dagangan oleh pemilik perusahaan untuk kepentingan pribadinya. Dengan kata lain adanya penurunan sektor modal yang diimbangi dengan berkurangnya aktiva lancar atau bertambahnya hutang lancar dalam jumlah yang sama.

       Disamping penggunaan aktiva lancar yang mengakibatkan berkurangnya modal kerja tersebut, ada pula pemakaian aktiva lancar yang tidak merubah jumlahnya baik jumlah modal kerjanya maupun jumlah aktiva lancarnya itu sendiri, yaitu penggunaan modal kerja atau aktiva lancar yang hanya menyebabkan atau mengakibatkan berubahnya bentuk aktiva lancar (modal tidak berubah), misalnya :
- Pembelian efek secara tunai.
- Pembelian barang dagangan atau bahan-bahan lainnya secara tunai.
- Perubahan suatu bentuk piutang kebentuk piutang lainnya.

Perputaran Modal Kerja
1. Modal kerja selalu dalam keadaan operasi atau berputar selama perusahaan tersebut dalam keadaan usaha.
2. Perputaran modal kerja dimulai sejak kas diinvestasikan dalam komponen-komponen modal kerja s.d. kembali lagi menjadi kas.
3. Makin pendek periode perubahannya berarti makin cepat perputarannya dan sebaliknya.


Contoh Modal Kerja :